Kisah Para Nabi


Kisah Nabi Muhammad SAW


Putra Quraisy yang Sebatang Kara
   
    Empat belas tahun silam Semesta Alam seluruhnya menunggu-nunggu terjadinya peristiwa besar yang sudah dekat kejadiannya, menanti kelahiran seorang putra yang mulia ke persada dunia ini yang kelak menjadi pemimpin dalam dunia kehidupan manusia.
    Setiap malam orang-orang yang tinggal di Syam menanti kelahiran bayi itu dengan memandang bintang-bintang di langit.


A. Penantian “Abdullah”, Sang Ayah
     Di kalangan Bani Hasyim, salah satu puak dari Quraisy terdapat Abdul Muthalib, pemimpin kabilah Quraisy. Sebelum dikaruniai anak, ia bermimpi ada orang yang menyuruhnya untuk menggali sumur Zam-Zam yang telah tertimbun tanah. Ia berniat untuk menggalinya, orang-orang Quraisy hanya berdiri menyaksikannya, sebab Abdul Muthalib sendirian karena belum mempunyai anak. Oleh karena itu Ia bernazar kepada Allah bahwa jika dikaruniai 10 anak, ia akan menyembelih salah satu dari mereka di depan pintu Kakbah.
    Usai bernazar Ia dikaruniai 10 anak yaitu Harits, Zubair, Hajal, Dhirar, Muqqawim, Abu Lahab, Abbas, Hamzah, Abu Thalib, dan Abdullah. Tibalah waktunya untuk menunaikan nazarnya. Walaupun sangat berat meninggalkan salah satu diantara mereka, tapi nazar harus ditunaikan dan ditepati. Ia mengundi dengan menuliskan nama-nama anaknya dan dibawa ke hadapan Hubal (Salah satu berhala yang ada di Kakbah) lalu dimasukkan ke tempat undian. Ternyata undian itu jatuh pada Abdullah, anak tersayangnya. Abdul Muthalib bingung, namun Ia segera melaksanakannya dengan berat hati. Kaum Quraisy datang untuk mencegahnya dan mengusulkan untuk menemui paranormal di Tanah Hijaz, siapa tahu saja Ia dapat memberikan petunjuk tentang masalah ini.
    Sesampainya di sana, paranormal itu menyuruh Abdul Muthalib untuk melakukan pengundian dengan dua anak panah. Yang satu ditulis “Unta” dan satu lagi ditulis “Abdullah”. Pengundian itu terus dilakukan hingga yang jatuh adalah Unta.
    Abdul Muthalib dan anaknya pulang ke Makkah dengan gembira. Selanjutnya Ia mengundi lagi hingga pada akhirnya keluarlah nama “Unta” untuk kesepuluh kalinya untuk menyembelih 100 ekor Unta, maka selamatlah nyawa “Abdullah”.
    Takdir yang dipersiapkan untuk Abdullah merupakan sebuah tugas yang seandainya ia tahu, niscaya dia akan mati karena gembira.
    Kabar tentang selamatnya Abdullah dari penyembelihan sudah tersebar di Makkah dan daerah sekitarnya. Kisah ini menjadi buah bibir dan menjadi perbincangan di setiap rumah.
    Suatu hari saat abdullah sedang berjalan, seorang wanita memanggilnya dan menawarkan diri untuk dinikahinya. Ia akan menyerahkan 100 ekor Unta yang disembelih ayahnya sebagai imbalan jika ia bersedia menikahinya. Tapi, Abdullah tidak mempedulikannya.
    Abdul Muthalib mengajak putranya pergi ke Yastrib untuk dinikahkan dengan Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf dari Bani Zuhrah karena terkenal dengan kemuliaannya dan kehormatannya. Aminah pun menjadi istri Abdullah. Kaum Quraisy menyaksikan para pengantin yang sudah lama mereka nantikan. Kegembiraan selamatnya Abdulah dari penyembelihan bercampur dengan pernikahan mereka benar-benar menjadi kebahagiaan yang sangat besar.
    Ketika mereka kembali ke Makkah, Abdullah menemui wanita yang dulu pernah menawarkan dirinya. Ternyata wanita itu tahu bahwa Abdulah sudah menikah karena dia dulu melihat wajah Abdullah ada sebuah cahaya tapi sekarang sudah tidak. Abdulah tidak mengerti maksudnya. Ketika mendengar kabar gembira bahwa Aminah sedang hamil, Abdulah sangat bahagia. Tetapi takdir Allah berkehendak lain. Pada waktu Abdulah kembali sehabis berdagang, maut datang menjemputnya pada usia 18 tahun sehingga belum sempat melihat bayinya. Seluruh penduduk Makkah sedih karena hal itu terutama Aminah, air matanya mengalir deras. Jika ia bisa lolos dari “pisau” penyembelihan, kematian tidak bisa dielakkannya. Aminah pun menjadi janda.


B. Tahun Gajah
    Abrahah bin Al Habasyi datang bersama pasukannya beserta gajahnya untuk menghancurkan Kakbah. Dia sudah membangun sebuah rumah untuk menjadi pusat ziarah orang-orang yang dinamakan “Qullais”. Ada orang Arab yang datang ke sana kemudian mengencinginya.
    Di tengah perjalanan, pasukan Abrahah menjumpai ternak Abdul Muthalib kemudian merampas ternak itu. Segera Abdul Muthalib mendatanginya dan meminta kembali kambingnya. Tiba-tiba gajah yang dibawanya tidak mau berjalan, Abrahah memerinyahkan untuk memukulnya tapi gajah itu tetap tidak mau. Abrahah memerintahkan kembali untuk memukulnya lebih keras tapi gajah itu tetap diam dan tidak bergerak sedikitpun.
    Tiba-tiba langit penuh dengan burung-burung kecil yang dimulut mereka terdapat sebuah batu kecil lalu melepaskan batu itu ke arah pasukan Abrahah, dalam sekejap pasukan besar itu berubah menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan.
    Abdul Muthalib dan masyarakat sekitar bahagia. Tuhan telah memelihara Kakbah-Nya dan menyelamatkannya dari kejahatan Abrahah dan pasukannya.






C. Sang Nabi “Datang”
    Abdul Muthalib pulang untuk menengok Aminah. Malam itu langit cerah dan dipenuhi bintang-bintang. Seluruh penduduk bumi menyaksikan langit sangat indah dan Bulan begitu menawan. Sementara angin lembut berhembus di setiap tempat membawa keharuman. Semua orang bahagia.
    Di Persia, saat mereka sedang menyembah api tiba-tiba api itu padam dan jendela-jendela di Istananya berjatuhan. Danau dan sawah kering. Melihat singgasananya berguncang lalu terbelah, mereka ketakutan dan lari menjauh.
    Di tempat lain, para pendeta keluar dan mereka yakin bahwa Muhammad, nabi akhir zaman yang dikabarkan Musa dalam Taurat dan Isa.
    Abdul Muthalib bermimpi melihat sebuah cahaya keluar dipunggungnya dan menyinari dunia. Aminah juga bermimpi melihat sebuah cahaya keluar dari tubuhnya dan menyinari Istana-istana Syam.
    Saat persalinan tiba, Aminah tidak merasakan sakit persalinan sedikitpun. Sekarang bayi itu telah keluar dari perutnya dengan keadaan tersenyum, tidak menangis dan sambil menunjuk ke langit, kemudian bayi itu bersujud pada Tuhannya dengan melungkupkan wajahnya ke kasur. Aminah memandang ke sekeliling diselimuti cahaya yang tidak menyilaukan mata. Saat itu Abdul Muthalib duduk disamping Kakbah dan ketika dikabarkan tentang kelahiran cucunya, Ia bangkit dan berkata,”Muhammad! Aku akan namai dia Muhammad agar dipuji oleh penduduk langit dan bumi.”
    Kegembiraan merasuk ke dalam keluarga Abdul Muthalib. Kegembiraan itu begitu besar dan tak terbayangkan. Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau tanggal 20 April 571 Masehi.


D. Halimah As Sa’diyah, Ibu susu Nabi
    Tradisi maasyarakat Arab zaman dulu adalah mengirim anak-anak mereka di pedalaman, gurun. Dari kecil hingga dewasa mereka tinggal di sana sehingga dapat belajar banyak. Pertama kali Nabi Muhammad di susui oleh Tsuwaibah, pelayan Abu Lahab. Tetapi ASI-nya belum mencukupi kebutuhan Sang bayi. Walaupun Abdul Muthalib adalah seorang pemimpin terkenal tapi Ia tidak memiliki harta kekayaan yang melimpah sehingga perempuan yang menawarkan jasa menyusui (termasuk Halimah) ragu menerima anak kecil ini.
    Aminah sudah berusaha untuk menyusui anaknya tapi air susunya tidak keluar juga. Akhirnya Halimah mau menyusui anak Aminah. Saat ingin menyusui, semula payudaranya kempes karena saat tinggal di kampung halamannya terjadi kekeringan tiba-tiba mengucur air susu dengan derasnya. Ini merupakan permulaan takdir yang membahagiakan.
    Ketika ingin kembali ke Bani Sa’ad (kampung halamannya), Halimah membawa Muhammad dengan mengendarai Untanya yang kurus kering. Tiba-tiba Unta itu menjadi kuat dan gembira karena kehadiran Sang bayi. Saat sampai di Bani Sa’ad yang di landa kekeringan terjadi hujan deras, berkah dimana-mana, bahkan hewan ternak menjadi subur dan kuat. Kebaikan dan kebahagiaan menyelimuti Bani Sa’ad. Semua itu karena kehadiran Muhammad.
E. Peristiwa Pembelahan Dada (Syaqqish Shodri)
    Ketika Muhammad berusia 2 tahun, Haliamah mengembalikannya ke Aminah. Halimah merasa kehilangan buah hatinya dan Ia mengatakan pada Aminah supaya tinggal bersamanya setahun lagi sebab ia khawatir akan sakit. Dengan keraguan akhirnya Aminah mengabulkan permintaannya. Suatu hari saat Muhammad sedang bermain bersama putra Halimah. Ada dua orang laki-laki berpakaian putih datang dan membaringkannya kemudian membelah dadanya. Putra Halimah takut dan menceritakan kejadian itu pada Ibunya. Suami Halimah segera menjumpai Muhammad dalam keadaan sehat wal’afiat lalu menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dan Muhammad menceritakan kejadian itu. Ternyata dua laki-laki tadi adalah malaikat yang mengeluarkan bagian dari kalbu Muhammad, bagian yang biasa dihuni setan.
    Karena khawatir, Halimah mengembalikan Muhammad pada Ibunya. Sejak hari itu kampung Bani Sa’ad seakan menangis karena Muhammad tidak tinggal di sana lagi.


F. Ibunda pergi menyusul Ayahanda
    Pada suatu hari, Aminah ingin mengunjungi keluarganya dan memperkenalkannya pada Muhammad. Ia meminta izin pada Abdul Muthalib dan diperbolehkan serta menyuruh Ummu Aiman, seorang budak perempuan untuk mendampinginya. Saat itu Muhammad baru berusia 6 tahun. Sampai di sana, Paman-Bibinya sangat senang dengan kehadirannya. Ketika dalam perjalanan pulang, tepatnya didekat Abdullah dikebumikan, Aminah mengalami sakit keras dan kepedihan yang tak tertahankan dan  wafatlah. Muhammad tidak kuasa menahan sedih dan air matanya bercucuran. Sekarang beliau menjadi anak tanpa Ibu dan Ayah. Ummu Aiman memeluk dan menghiburnya.
    Sesampainya di Makkah, Kakeknya segera memeluknya seakan-akan sikapnya berkata,”Kamu masih kecil dan lemah namun sudah mengalami kepedihan yang begitu berat.”


G. Abdul Muthalib tiada
    Saat kejadian itu, Abdul Muthalib semakin mengistimewakan Muhammad dan selalu menjaganya. Tidak diizinkan seorang pun menemuinya tanpa izin, kecuali Muhammad. Bahkan Abdul Muthalib tidak akan makan jika Muhammad tidak bersamanya. Ia juga selalu berpesan pada Ummu Aiman untuk menjaga dan mendidik Muhammad serta memperhatikannya. Tetapi Allah tidak memberikan kesempatan untuk melihat keagungan Muhammad. Maut merenggut nyawanya ketika Muhammad berusia 8 tahun.




H. Di Bawah asuhan Abu Thalib
    Sebelum meninggal, Abdul Muthalib berpesan agar menjaga Muhammad dan memeliharanya. Abu Thalib adalah penjaga dan pengasuh terbaik bagi Muhammad, namun dia seorang yang miskin dan tidak berharta. Sejak Muhammad tinggal bersamanya, Allah meluaskan rezekinya. Sekalipun anaknya banyak tapi ia mengkhususkan Muhammad. Abu Thalib melarang anak-anaknya makan jika tidak bersama Muhammad karena jika tidak, mereka tidak pernah merasa kenyang tapi jika bersamanya mereka akan kenyang.
    Fatimah binti Asad, istri Abu thalib sangat mencintai Muhammad. Diantara bukti besarnya cinta Abu Thalib pada Muhammad, ia selalu bersamanya kemana saja beliau pergi. Di jalan yang mereka lalui, banyak tempat ibadah pendeta-pendeta yang mengetahui ciri-ciri Nabi akhir zaman, Muhammad. Diantaranya Bahira, ia selalu melihat awan menaungi Muhammad kemana saja beliau pergi. Ia ingin melihat wajahnya lebih dekat dengan mengundang semua tamu untuk makan bersama.
    Ia memperhatikan semua tamu-tamu itu tapi tidak ada Muhammad dan ia menyuruh salah seorang untuk menjemputnya datang. Muhammad pun datang dan duduk bersamanya, saat selesai makan dan yang tertinggal hanya Bahira dan Muhammad. Bahira bertanya pada Muhammad tentang Lata dan Uzza (berhala) tapi beliau tidak mau karena ia sangat membencinya. Bahira menanyakan tentang perkara tidur dan makannya hingga membuka pundaknya dan melihat tanda kenabian pada pundak sebelah kanan yang ditumbuhi bulu halus. Sesudah itu Ia menemui Abu Thalib lalu berpesan agar pulang ke negerinya dan bersikap waspada terhadap orang-orang Yahudi, sebab jika mereka tahu ada orang seperti Muhammad mereka akan membunuhnya.




Nuansa sebelum kerasulan


    Nabi Muhammad atau Rasulullah tumbuh menjadi dewasa dan menjadi orang yang jujur, terpercaya, dan teladan yang baik. Di masa kecilnya beliau ikut memindahkan batu-batuan untuk membangun Kakbah. Melihat Pamannya, Abu Thalib seorang yang miskin dan banyak tanggungan, beliau bekerja menggembala kambing di Makkah.
    Suatu hari saat sedang menggembalakan kambingnya, beliau mendengar bunyi seruling dan gendang. Beliau menitipkan kambing-kambingnya pada temannya lalu pergi ke asal suara itu. Ternyata suara itu timbul dari pesta pernikahan, tiba-tiba beliau mengantuk lalu tertidur dan terbangun saat siang hari pada hari selanjutnya. Ternyata Allah melindungi Muhammad supaya tidak pergi ke pesta itu. Beliau ingin melakukannya lagi tapi beliau tertidur lagi. Dan akhirnya beliau tidak berani melakukannya lagi.


A. Perjanjian Kebaikan
    Suatu hari terjadi peperangan antara Quraisy dan kabilah (Qais Ailan) dan disebut Perang Al-Fijar dan terjadi pada Bulan-bulan Haram. Rasulullah berusia 20 tahun dan bertugas mengumpulkan anak panah yang dilemparkan musuh lalu diberikan pada Paman-Pamannya. Karena kedua belah pihak sama-sama kuat mereka sepakat untuk mengadakan gencatan senjata.
    Seorang pria datang untuk berdagang dan Ash bin Wail As-Sahmi membeli barangnya namun tidak memberikan hak dan bayarannya. Dia lalu mencari orang supaya menolongnya. Tapi tidak ada yang menjawab. Kemudian ia menaiki gunung Abu Qubais di Makkah lalu berdirilah Zubair bin Abdul Muthalib dan mengumpulkan kaum Quraisy di rumah Abdullah bin Jud’an. Di rumah itu mereka sepakat untuk menolong orang yang teraniaya hingga mendapat haknya. Dan bersumpah memberikan sebagian harta mereka pada orang-orang fakir.
    Karena ini sumpah yang baik, maka disebut Perjanjian Kebaikan. Rasulullah pun ikut serta. Setelah diangkat menjadi Nabi, beliau pernah menyebutkan perjanjian ini.


B. Pasangan Serasi Seantero Makkah
    Masyarakat Quraisy meminta Rasulullah untuk berdagang karena beliau orang yang jujur dan terpercaya. Beliau selalu mendapat laba yang banyak. Ada seorang perempuan kaya (pedagang) yang menikah dengan pria kaya, namun suaminya meninggal. Selanjutnya ia menikah lagi dan meninggal lagi tapi meninggalkan harta yang sangat banyak. Perempuan itu adalah Khadijah binti Khuwailid.
    Khadijah meminta Rasulullah untuk menjalankan usahanya, dia akan memberikan upah yang sesuai. Ia mengutus pelayan pria bernama Maisarah. Ketika perjalanan, Maisarah melihat beliau sangat terpercaya dan jujur. Ia juga melihat awan yang selalu menaunginya dan melihat 2 orang malaikat dan menaunginya dengan sayap-sayap. Ia menceritakan hal itu pada Khadijah dan Khadijah menceritakan semua yang diceritakan Maisarah pada sepupunya, Waraqah bin Naufal (seorang Nasrani yang membaca kitab-kitab terdahulu). Dan benar, Rasulullah adalah nabi terakhir.
    Pada waktu itu Rasulullah berumur 25 tahun sedangkan Khadijah berumur 40 tahun. Khadijah melamar untuk dijadikan istri dan Rasulullah menyetujuinya. Akhirnya mereka menikah dan pernikahan itu disaksikan oleh seluruh penduduk Makkah. Khadijah melahirkan beberapa anak yaitu Qasim, Abdullah, Ruqaiyah, Ummu Kultsum, Zainab, dan Fatimah. Tapi, Qasim dan Abdullah meninggal dunia dan yang tersisa hanya anak perempuannya saja. Rasulullah dikenal dengan Abdul Qasim.


C. Batu Hitam
    Ketika Kaum Quraisy ingin merenovasi Kakbah setelah runtuh, mereka mengumpulkan dana dengan mengikut-andilkan seluruh kabilah masyarakat Makkah. Setelah selesai, tinggal meletakkan Batu Hitam ditempatnya karena merupakan kemuliaan yang besar. Semua orang ingin melakukannya, hampir saja api peperangan kembali terjadi. Maka dari itu ada seorang yang memutuskan yang meletakkan batu itu adalah orang yang masuk melalui pintu itu sebagai hakim yang memutuskan perselisihan diantaranya, dan orang itu adalah Rasulullah. Rasulullah menjadi hakim dan segera melepaskan bajunya lalu meletakkan Hajar Aswad di dalamnya.
    Beliau meminta setiap pemimpin dari masing-masing kabilah menjadi wakil untuk memegang salah satu ujung kain baju beliau. Mereka melakukannya dan bersama-sama mengangkat batu tersebut, sementara Rasulullah yang meletakkan batu itu di Kakbah.


D. Pertanda kemunculan Nabi terakhir
    Sementara itu, setan merasakan hal yang sangat aneh karena biasanya mereka dapat mengintip dan mendengar berita-berita dari langit. Hewan-hewan mengusir setiap setan yang berusaha mengetahui berita-berita langit, membakar, dan membinasakan mereka.
    Setiap kali, Rasulullah bermimpi, maka mimpi itu menjadi kenyataan pada hari berikutnya. Parapendeta Syam memperhatikan cahaya langit yang bertambah terang. Sedangkan orang-orang Yahudi menemukan tanda-tanda kemunculan Nabi terakhir. Sementara Khadijah menanti-nanti peristiwa besar yang diberitahukan oleh Waraqah.
    Rasulullah sudah berumur 40 tahun, beliau selalu menyepi dengan Tuhan-Nya di Gua Hira, tapi kali ini dia merasakan sesuatu yang lain dalam hatinya. Alam disekitarnya berubah dengan menakjubkan. Gunung tidak seperti gunung dan langit tidak seperti langit. Ia belum menyadari bahwa wahyu akan turun kepadanya dan mengubah wajah seluruh dunia ini.




Muhammad Utusan Allah S.W.T


    Ketika malam Bulan Ramadhan, Muhammad pergi ke Gua Hira. Ia menghayati dan memperhatikan keadaan disekeliling yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta yang begitu indah dan mempesona. Sesungguhnya Pencipta Alam ini lebih Agung daripada Tuhan-tuhan yang disembah oleh penduduk Makkah. Muhammad mendapat petunjuk dari Allah meskipun tanpa harus melihat-Nya.


A. Wahyu Pertama
    Muhammad masih berada di Gua Hira yang ingin bertemu dan melihat-Nya karena kecintaanya. Setelah mengambil bekal air dan makanan tiba-tiba memancarlah sebuah cahaya yang menerangi Gua yang gelap. Saat itu Nabi melihat sosok makhluk aneh yang bertubuh besar dari cahaya, ternyata itu adalah Malaikat.
    Malaikat itu mendekat dan menarik Muhammad, lalu berkata,”Iqro!”
    Muhammad berkata,”Aku tidak bisa membaca.”
    Malaikat itu kembali menarik dirinya dan berkata,”Aku tidak bisa membaca. Muhammad hampir saja mati karena didekapnya, tapi tidak lama Malaikat melepaskannya.
    Untuk ketiga kalinya Malaikat itu kembali mendekapnya dan berkata,”Iqro!”, kemudian dia melepaskan Nabi dan Nabi berkata:
    “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan pada manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(QS. Al-Alaq (96): 1-5)
    Malaikat itu naik dan meninggalkan Muhammad dalam keadaan takut dan gemetar. Keringat membasahi sekujur tubuh dan pakaiannya dengan wajah memerah. Beliau segera pulang ke rumah sambil berkata,”Selimuti aku! Selimuti aku!”
    Khadijah terkejut dan Nabi menceritakan apa yang dia alami. Khadijah menenangkan hatinya. Setelah itu ia membawa Muhammad ke rumah Waraqah. Ia menceritakan kejadian yang Muhammad alami dan Waraqah berkata,”Itu adalah An-Namus, malaikat pembawa wahyu yang pernah turun kepada Musa. Aduhai sekiranya aku masih hidup saat kaummu nanti mengusirmu.”
    Tidak ada seorang pun yang menyampaikan seperti itu melainkan akan dimusuhi oleh kaumnya. Beliau pun pulang dengan hati bahagia bercampur sedih, bahagia karena diangkat menjadi Nabi dan sedih karena akan diusir dari tanah kelahirannya.
    Rasulullah kembali ke Gua Hira di lain kali dengan harapan dapat bersua pada malaikat yang pernah mendatanginya. Tapi, malaikat itu tidak datang. Ketika hendak pulang, Nabi melihat malaikat itu ada di antara langit dan bumi duduk di atas kursi dalam rupa aslinya. Melihat itu ia bergetar. Lalu ia pulang dan meminta di selimuti lagi oleh Khadijah, setelah Khadijah menyelimuti suaminya malaikat itu datang dan menyampaikan kepadanya sesuatu (ada di surat Al-Muddatsir (74): 1-5)
    Rasulullah terkejut dan segera bangun. Ia mengerti bahwa yang datang tadi adalah Malaikat Jibril. Yang diturunkan kepadanya adalah Al Quran dan sudah menjadi kewajiban sejak saat itu untuk mengajak manusia menyembah Allah. Nabi harus mengajak masyarakat untuk memeluk agama baru, yaitu Agama Islam.
    Dakwah Islam dimulai secara sembunyi-sembunyi. Khadijah adalah wanita beriman pertama yang masuk Islam lalu Abu Bakar (pertama dari kaum pria), Ali bin Abi Thalib (pertama dari golongan anak-anak), Zaid bin Haritsah (pertama dari kaum budak), Utsman bin Affan, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah bin Mas’ud, dan Sa’id bin Zaid. Diantara kaum budak lainnya yang masuk Islam adalah Bilal bin Rabbah dan Khabbab bin Al Art.




B. Berhadapan secara terbuka
    Selama ini Rasulullah dan kaumnya masuk Islam dan menyebarkannya secara sembunyi-sembunyi tapi kali ini tidak, Rasulullah berdiri di bukit Shafa sambil berseru memanggil semua kaumnya lalu mengatakan bahwa ada sebuah pasukan berkuda di balik gunung ini hendak menyerang. Kaumnya pun percaya, kecuali Abu Lahab, pamannya. Lalu Allah menurunkan firmannya dalam surah Al-Masad ayat 1.
    Sejak itu Abu Lahab menjadi musuh Islam juga Istrinya, Ummu Jamil Arwa binti Harb membenci Rasulullah dan Khadijah. Kedua anaknya, Utbah dan Utaibah yang sudah menikah dengan Ruqaiyah dan Ummu Kultsum diperintahkan Ibunya untuk menceraikan mereka. Ummu Jamil menebarkan duri-duri di jalan yang dilalui Rasulullah sehingga Allah menjulukinya “Pembawa Kayu Bakar” juga mengancamnya dengan api pada hari Kiamat yang dikalungkan dilehernya seperti belenggu berat dari pintalan sabut. Allah juga menurunkan firmannya dalam surah Al-Masad ayat 4-5.
    Pada musim haji, orang-orang Arab berhaji dan berdagang di sana. Kesempatan ini digunakan Rasulullah untuk menyeru mereka kepada Islam dan mencela berhala-berhala. Kaum musyrik mulai merasakan ancaman dakwah ini. Pertama-tama mereka menemui Abu Thalib untuk mengadukan Rasulullah yang telah mencela tuhan-tuhan mereka dan mengganggu ketenangan mereka. Pemimpin kaum mereka ialah Abu Jahal.
    Abu Thalib dan Khadijah adalah pelindung Rasulullah yang terbaik dan juga bagi Islam. Mereka banyak meringankan beban dan membantu Rasulullah. Tetapi, Allah adalah penolong dan pendukung di atas segala-galanya, sebab Al Quran adalah kalamnya, Islam adalah agamanya, dan Muhammad adalah Nabi juga utusannya.




Makkah menolak kehadiran Islam


A. Siksaan dan Cobaan
    Kaum Quraisy telah menyatakan perang terhadap Islam dan pemeluknya. Mereka menyiksa budak-budak Islam seperti Umaiyah bin Khalaf terhadap Bilal. Abu Jahal menusukkan tombak ke Sumaiyah. Abu Bakar dan Thalhah diikat dan dipukuli. Tapi, mereka bersikap tegar dan bersabar. Rasulullah pernah lewat dihadapan para sahabat yang sedang disiksa tapi beliau hanya bisa mengatakan untuk bersabar dan Surga adalah janji untuk mereka. Kaum musyrik juga menyiksa Rasulullah tapi Nabi tidak membalas siksaan mereka, beliau mendoakan agar mereka mendapat petunjuk.
    Jika shalat, Rasulullah bersembunyi dibalik batu dan jika ketahuan mereka akan melemparinya kotoran dan sampah. Suatu hari ketika Rasulullah edang salat, Uqbah bin Abi Mu’aith menaruh isi perut Unta di atas punggung Nabi ketika Nabi sujud. Kaum musyrik hanya tertawa dan mengejeknya. Fatimah datang membuang kotoran itu sambil menangis.
    Rasulullah berdoa pada Allah supaya melaknat mereka yang menyakitinya dan Allah mengabulkan doanya. Mereka semua tewas dalam Perang Badar. Pada waktu itu Rasulullah pernah ditarik bajunya oleh Uqbah lalu dicekik lehernya hingga mata beliau merah dan sulit bernafas. Kemudian meludahi wajah beliau seketika itu Abu Bakar datang menolong.
    Suatu hari ada yang membujuk Rasulullah untuk menghentikan dakwah dengan beberapa cara yaitu Utbah bin Rabi’ah tapi beliau hanya membacakan firman Allah surah Fuhshsilat ayat 1-3, selesai membaca, Utbah menemui teman-temannya dan mengatakan bahwa ia telah mendengar sebuah perkataan yang sangat manis dan indah serta penuh makna. Tapi, teman-temannya menjawab bahwa ia sudah terpengaruh oleh sihir. Kaum Quraisy merasa putus asa terhadap Rasulullah dan memulai rencana baru untuk menghabisinya.


B. Malaikat penjaga Rasulullah
    Abu Jahal ingin sekali membunuh Rasulullah, dia menunggu Rasulullah sujud saat dengan shalat. Ketika itu ia membawa sebuah batu besar yang akan ditimpakan ke atas kepala beliau, saat ingin melakukannya tangannya kram. Ia melihat Unta pejantan besar dikepala Rasulullah seakan-akan ingin membunuhnya. Sebenarnya itu adalah malaikat yang menjaga beliau yang menjelma menjadi Unta atau monster.


C. Boikot Kaum Quraisy
    Ketika Abu Thalib mengkhawatirkan Muhammad dari kejahatan kaum Quraisy yang ingin membunuhnya, Abu Thalib memanggil seluruh anggota keluarga Bani Hasyim dan memerintahkan mereka untuk berkumpul di suatu tempat untuk menjaga dan melindungi Rasulullah. Mereka melakukannya bukan karena Islam tapi fanatisme jahiliyah yang telah mengakar dikalangan Bani Hasyim. Mereka memilih sebuah lereng (Lereng Abi Thalib) untuk tempat tinggalnya.
    Setelah mereka mengetahui hal seperti itu, mereka menulis sebuah perjanjian didalam Kakbah. Mereka berharap jika kaum muslimin kelaparan dan kehausan mereka akan meninggalkan Islam. Kaum muslimin berkumpul ditempat itu, mereka kelaparan, kehausan, lemas, tapi mereka masih mempunyai Al Quran yang merupakan obat luka dan makanan yang menyenangkan hati dan ruh dan mereka juga bersabar.
    Selama itu Rasulullah selalu berdakwah, ia juga tidak makan 3 hari 3 malam, sampai Bilal datang membawakan sedikit makanan lalu dimakannya. Orang Quraisy terus melakukan kekerasan ini hingga beberapa kaum musyrik yang melihat anak-anak yang hampir mati kelaparan dan rintihan bayi dan kaum wanita berusaha untuk merobek perjanjian itu.
    Namun Allah telah mengirimkan rayap untuk memakan perjanjian itu. Hilanglah kesusahan dilereng gunung itu dan berakhir sudah ujiannya.








Harapan
   
A. Isra’ Mi’raj
    Pada malam hari, Jibril turun bersama 2 malaikat lainnya. Mereka membawa Rasulullah ke Kakbah lalu membelah dadanya. Setelah itu mereka mengembalikannya lagi. Ini merupakan peristiwa pembelahan dada yang kedua kalinya.
    Di Makkah saat semua sedang tidur, Jibril datang bersama seekor binatang yang aneh yang mampu melompat sejauh matanya memandang, dia bernama Buraq (binatang yang biasa ditunggangi para Nabi). Jibril menyuruh Nabi untuk menaikinya, perjalanan itu ditemani oleh seorang malaikat yang paling muda. Perjalanan itu disebut Isra Mi’raj. Sampai keMasjidil Aqsa, Allah menyatukan arwah para Nabi dan jasad mereka lalu berkumpul didepan pintu Masjidil Aqsa. Mereka melakukan Shalat berjamaah, yang menjadi imamnya adalah Rasulullah.
    Allah menyuruh Rasulullah untuk hijrah dari Makkah ke Baitul Maqdis, Palestina (Masjidil Aqsa), dan naik ke Sidratul Muntaha, langit tujuh kemudian ke Mustawa untuk menambah kekuatan, keimanan, dan keyakinan ia sebagai Rasul Allah. Dengan itulah Rasulullah menerima perintah shalat 5 waktu yang sebelumnya adalah 50 kali waktu. Isra mi’raj dilaksanakan pada tanggal 27 Rajab tahun 11 setelah diangkatnya beliau menjadi Rasul.




Selamat tinggal Makkah
   
A. Penerimaan Penduduk Yastrib terhadap Islam
    Sekarang ia bermusyawarah dengan kedua wazirnya itu Abu Bakar dan Umar, demikianlah mereka dinamakan. Dengan sendirinya yang menjadi pokok pikirannya yang mula-mula ialah menyusun barisan kaum Muslimin serta mempererat persatuan mereka, guna menghilangkan segala bayangan yang akan membangkitkan api permusuhan lama di kalangan mereka itu. Untuk mencapai maksud ini diajaknya kaum Muslimin supaya masing-masing dua bersaudara, demi Allah. Dia sendiri bersaudara dengan Ali bin Abi Talib. Hamzah pamannya bersaudara dengan Zaid bekas budaknya. Abu Bakr bersaudara dengan Kharija b. Zaid. Umar ibn'l-Khattab, bersaudara dengan 'Itban b. Malik al-Khazraji. Demikian juga setiap orang dari kalangan Muhajirin yang sekarang sudah banyak jumlahnya di Yathrib - sesudah mereka yang tadinya masih tinggal di Mekah menyusul ke Madinah setelah Rasul hijrah - dipersaudarakan pula dengan setiap orang dari pihak Anshar, yang oleh Rasul lalu dijadikan hukum saudara sedarah senasib. Dengan persaudaraan demikian ini persaudaraan kaum Muslimin bertambah kukuh adanya.  




Ternyata kalangan Anshar memperlihatkan sikap keramahtamahan yang luarbiasa terhadap saudara-saudara mereka kaum Muhajirin ini, yang sejak semula sudah mereka sambut dengan penuh gembira. Sebabnya ialah, mereka telah meninggalkan Mekah, dan bersama itu mereka tinggalkan pula segala yang mereka miliki, harta-
benda dan semua kekayaan. Sebagian besar ketika mereka memasuki Medinah sudah hampir tak ada lagi yang akan dimakan disamping mereka memang bukan orang berada dan berkecukupan selain Usman bin 'Affan. Sedangkan yang lain sedikit sekali yang dapat membawa sesuatu yang berguna dari Mekah.  




Pada suatu hari Hamzah paman Rasul pergi mendatanginya dengan permintaan kalau-kalau ada yang dapat dimakannya. Abdur-Rahman b. 'Auf yang sudah bersaudara dengan Sa'd bin'r-Rabi' ketika di Yathrib ia sudah tidak punya apa-apa lagi. Ketika Sa'd menawarkan hartanya akan dibagi dua, Abdur-Rahman menolak. Ia hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Dan di sanalah ia mulai berdagang mentega dan keju. Dalam waktu tidak berapa lama, dengan kecakapannya berdagang ia telah dapat mencapai kekayaan kembali, dan dapat pula memberikan mas-kawin kepada salah seorang wanita Medinah. Bahkan sudah mempunyai kafilah-
kafilah yang pergi dan pulang membawa perdagangan. Selain Abdur-Rahman, dari kalangan Muhajirin, banyak juga yang telah melakukan hal serupa itu. Sebenarnya karena kepandaian orang-
orang Mekah itu dalam bidang perdagangan sampai ada orang mengatakan: dengan perdagangannya itu ia dapat mengubah pasir sahara menjadi emas.  




Adapun mereka yang tidak melakukan pekerjaan berdagang, diantaranya ialah Abu Bakr, Umar, Ali b. Abi Talib dan lain-
lain. Keluarga-keluarga mereka terjun kedalam pertanian, menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama-sama pemiliknya. Tetapi selain mereka ada pula yang harus menghadapi kesulitan dan kesukaran hidup. Sungguhpun begitu, mereka ini tidak mau hidup menjadi beban orang lain. Merekapun membanting tulang bekerja, dan dalam bekerja itu mereka merasakan adanya ketenangan batin, yang selama di Mekah tidak pernah mereka rasakan.  




Di samping itu ada lagi segolongan orang-orang Arab yang datang ke Medinah dan menyatakan masuk Islam, dalam keadaan miskin dan serba kekurangan sampai-
sampai ada diantara mereka yang tidak punya tempat tinggal. Bagi mereka ini oleh Muhammad disediakan tempat di selasar mesjid yaitu shuffa [bahagian mesjid yang beratap] sebagai tempat tinggal mereka.  




Oleh karena itu mereka diberi nama Ahl'sh-Shuffa (Penghuni Shuffa). Belanja mereka diberikan dari harta kaum Muslimin, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar yang berkecukupun.  




Dengan adanya persatuan kaum Muslimin dengan cara persaudaraan itu Muhammad sudah merasa lebih tenteram. Sudah tentu ini merupakan suatu langkah politik yang bijaksana sekali dan sekaligus menunjukkan adanya suatu perhitungan yang tepat serta pandangan jauh. Baru tampak kepada kita arti semua ini bila kita melihat segala daya-upaya kaum Munafik yang hendak merusak dan menjerumuskan kaum Muslimin ke dalam peperangan antara Aus dengan Khazraj dan antara Muhajirin dengan Anshar. Akan tetapi suatu operasi politik yang begitu tinggi dan yang menunjukkan adanya kemampuan luarbiasa, ialah apa yang telah dicapai oleh Muhammad dengan mewujudkan persatuan Yathrib dan meletakkan dasar organisasi politiknya dengan mengadakan persetujuan dengan pihak Yahudi atas landasan kebebasan dan persekutuan yang kuat sekali. Orang sudah melihat betapa mereka menyambut baik kedatangannya dengan harapan akan dapat dibujuknya ke pihak mereka. Penghormatan mereka ini dengan segera dibalasnya pula dengan penghormatan yang sama serta mengadakan tali silaturahmi dengan mereka. Ia bicara dengan kepala-kepala mereka,
didekatkannya pembesar-pembesar mereka dibentuknya dengan mereka itu suatu tali persahabatan, dengan pertimbangan bahwa mereka juga Ahli Kitab dan kaum monotheis. Lebih dari itu bahwa pada waktu mereka berpuasa iapun ikut puasa. Pada waktu itu kiblatnya dalam sembahyang masih menghadap ke Bait'l-
Maqdis, titik perhatian mereka, tempat terkumpulnya semua Keluarga Israil. Persahabatannya dengan pihak Yahudi dan persahabatan pihak Yahudi dengan dia makin sehari makin bertambah erat dan dekat juga.  




Orang yang begitu mulia, sangat rendah hati, orang yang penuh kasih sayang, selalu memenuhi janji, sifatnya yang pemurah, selalu terbuka bagi si miskin, bagi orang yang hidup menderita,
ini juga yang memberikan kewibawaan kepadanya terhadap penduduk Yathrib. Dan semua ini telah sampai kepada suatu ikatan perjanjian persahabatan dan persekutuan serta menetapkan adanya kebebasan beragama. Perjanjian ini - menurut hemat kita - merupakan suatu dokumen politik yang patut dikagumi sepanjang sejarah. Dan fase yang dialami dalam sejarah hidup Rasul ini belum pernah dialami oleh seorang nabi atau rasul lain. Pernah ada Isa, ada Musa, ada nabi-nabi yang lain sebelum itu. Mereka terbatas hanya pada dakwah agama saja. Mereka menyampaikan itu kepada orang dengan jalan berdebat, dengan jalan mujizat. Sesudah itu mereka tinggalkan ditangan para penguasa yang kemudian, dan untuk menyiarkan dakwahnya itu harus dilakukan dengan kekuatan politik dan membela kebebasan orang yang sudah beriman kepadanya itu dengan kekuatan senjata yang disertai peperangan pula. Agama Kristen disiarkan oleh murid-
muridnya yang kemudian sesudah Isa. Mereka dan pengikut-
pengikut mereka masih selalu mengalami siksaan. Baru setelah ada raja-raja yang cenderung kepada agama ini, ia dilindunginya dan disiarkan. Begitu juga halnya dengan agama lain, di dunia Timur ataupun di Barat.  




Sebaliknya Muhammad, tersebarnya Islam serta menangnya misi kebenaran itu harus berada ditangannya. Ia menjadi Rasul, menjadi negarawan, pejuang dan penakluk. Semua itu demi Allah,
demi misi kebenaran,
yang oleh karenanya ia diutus. Dalam hal ini semua, sebenarnya dia adalah orang besar, lambang kesempurnaan insani par exellence dalam arti kata yang sebenarnya.


Ketika haji, banyak orang Yastrib yang datang ke Makkah yang beragama Yahudi mereka berjumlah 6 orang. Sebenarnya mereka sudah mengerti tentang Islam lewat kitab Taurat dan sudah dijelaskan bahwa akan ada Nabi akhir zaman yang akan menyiarkan agama Islam dan Al Quran sebagai kitabnya.
    Maka Orang-orang Yastrib menyatakan keislamannya. Sepulang dari haji mereka menyiarkan Islam pada orang-orang terdekatnya. Selain menunaikan haji, mereka juga melakukan pertemuan pada Rasulullah. Rasulullah sangat bahagia. Ini merupakan tanda kemenangan. Setelah 1 tahun, Penduduk yastrib datang lagi malah lebih banyak, 12 orang.
    Mereka bertemu dengan Rasulullah secara rahasia di Aqabah. Pertemuan ini dikenal dengan Bai’atul Aqabah Ula. Pada tahun berikutnya mereka datang mencapai 73 orang.
    Penduduk Yastrib mau menerima Islam dan membuka hati mereka yang terbit dihati masing-masing.




B. Kedatangan Rasulullah di Madinah
    Setelah diserang oleh kaum musyrik, kaum muslim pindah ke madinah. Kekhawatiran terus menghantui mereka akan kaum musyrik. Rasulullah dan Abu Bakar masih dalam perjalanan. Ketika itu Zubair yang sedang perjalanan dagangnya, bertemu dengan mereka lalu ia memberi 2 baju putih. Tidak lama, Rasulullah dan rombongannya sudah sampai di Madinah.
    Seketika itu juga suara takbir menggema, semua orang menyambutnya. Rasulullah berdakwah dengan aman dan tenang, Abu Bakar membentamgkan pakaiannya melindungi Rasul dari terik matahari.
    Lembaran kehidupannya Makkah yang penuh penderitaan telah ditutup. Sekarang kaum muslim mulai membangun kedaulatan dan meninggikan agama mereka.


C. Rasulullah merintis Pembangunan Islam di Madinah
    Di Madinah, Rasulullah membangun Masjid. Rasulullah berdakwah menanamkan benteng pertahanan yang bersifat Jihad Fi Sabilillah. Dengan dibangunnya Masjid, kaum Muslimin dapat berkumpul dan bermusyawarah.
    Masjid Quba dibangun tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 1 Hijriah. Selanjutnya dibangun pula masjid kedua, yaitu Masjid Nabawi di Madinah. Peranan masjid pada masa Rasulullah antara lain sebagai berikut:
1. Sarana pembinaan umat Islam.
2. Sarana ibadah, shalat 5 waktu, Idul Adha, Idul Fitri, salat Jum’at, dan shalat Tarawih.
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Al Jin: 18)
Masjid di masa Rasulullah saw bukan hanya sebagai tempat penyaluran emosi religius semata ia telah dijadikan pusat aktivitas umat. Hal-hal yg dapat direkam sejarah tentang fungsi masjid di antaranya
• Tempat latihan perang. Rasulullah saw mengizinkan ‘Aisyah menyaksikan dari belakang beliau orang-orang Habasyah berlatih menggunakan tombak mereka di Masjid Rasulullah ` pada hari raya. .
.
• Menjadikan halaman masjid sebagai tempat pengobatan para penderita sakit Balai pengobatan tentara muslim yg terluka. Sa’d bin Mu’adz z terluka ketika perang Khandaq maka Rasulullah ` mendirikan kemah di masjid. .


• Tempat tinggal sahabat yg dirawat .


• Tempat menerima tamu. Ketika utusan kaum Tsaqif datang kepada Nabi saw beliau menyuruh sahabatnya utk membuat kemah sebagai tempat perjamuan mereka. .


• Tempat penahanan tawanan perang. Tsumamah bin Utsalah seorang tawanan perang dari Bani Hanifah diikat di salah satu tiang masjid sebelum perkaranya diputuskan. .


• Pengadilan. Rasulullah ` menggunakan masjid sebagai tempat penyelesaian perselisihan di antara para sahabatnya
• Tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam.
• Tempat pertemuan untuk menjalin persaudaraan.
• Sarana kegiatan sosial.
• Sebagai tempat bermusyawarah.


D. Membangun Ukhuwah Islamiyah (Mempersaudarakan antara Kaum Muhajirin dan Anshar)
Rasulullah telah berhasil mempersaudarakan kaum Muhajirin (para sahabat Rasulullah penduduk asli Mekkah yang hijrah ke Madinah) dengan kaum Anshar (para sahabat Rasulullah penduduk asli Madinah). Persaudaraan ini menciptakan kekuatan yang hebat dan persaudaraan baru yaitu persaudaraan yang berdasar agama.
Memperkokoh pilar-pilar ukhuwah islamiyah adalah kewajiban setiap Muslim. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan ukhuwah. Hal itu termaktub dalam beberapa ayat di Al-Quranul Karim.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai hadits juga memerintahkan ummatnya untuk melakukan hal yang sama. Di bawah ini adalah beberapa hadits yang menjelaskan kedudukan ukhuwah dalam Islam. Di bawah ini adalah anjuran ukhuwah menurut Islam.


Lillahi Ta’ala
Semangat ukhuwah di antara sesama Muslim hendaknya didasari karena Allah semata, karena ia akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur baik-buruknya suatu hubungan. Rasulullah bersabda, ”Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (HR Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dari amalnya.” (HR Muslim)
Dalam keterangan yang lain Nabi Muhammad menjelaskan, ”Di sekeliling Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya yang ditempati oleh suatu kaum yang berpakaian dan berwajah (cemerlang) pula. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, tetapi nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami tentang mereka.” Beliau menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, bersahabat, dan saling mengunjungi karena Allah.” (HR Nasa’i dari Abu Hurairah Radiallahu ‘anhu)
Tidak Saling Menzhalimi
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya sesama Muslim dengan menghilangkan satu kesusahan darinya, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar ra)
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, ”Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy, saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).”
Ibarat Satu Tubuh
Ukhuwah dalam Islam memperkuat ikatan antara orang-orang Muslim dan menjadikan mereka satu bangunan yang kokoh. “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR Muslim)“Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (HR Muslim)
Merasakan Lezatnya Iman
“Barangsiapa ingin (suka) memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah.” (HR Ahmad)
Mengenal Baik Sahabatnya
“Jika seseorang menjalin ukhuwah dengan orang lain, hendaklah ia bertanya tentang namanya, nama ayahnya, dan dari suku manakah ia berasal, karena hal itu lebih mempererat jalinan rasa cinta.” (HR Tirmidzi)


Dengan hadis-kadis diatas rasulullah membangun ukhuwah islamiah denan kaum anshar.
E. Perjanjian antara Muslim dengan Non-mislim
Perjanjian ini adalah Piagam Madianh yang isinya antara lain:
1. Setiap golongan memiliki hak pribadi, keagamaan, dan politik. Hukuman boleh dijatukan untuk mereka yang berbuat kerusakan.
2. Tiap penduduk mendapat jaminan kebebasan beragama.
3. Semua penduduk berkewajiban mempertahankan kota Madinah.
4. Rasulullah sebagai pemimpin seluruh penduduk Madinah.


F. Meletakkan Dasar-Dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang Islami demi Terwujudnya Masyarakat Madani
Rasulullah meletakkan dasar bagi sistem politik Islam, yakni musyawarah. Umat islam dapat mengangkat wakil-wakil rakyat serta membuat peraturan selama tak bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadis.
Dalam bidang ekonomi Rasulullah meletakkan dasar keadilan bagi semua warga. Dalam bidang sosial, Rasulullah meletakkan dasar persamaan derajat semua individu, yang membedakan hanyalah amal shalehnya.


G. Perintah Perang Pertama
    Perang menjadi sesuatu yang harus dilakukan sebab bangsa Arab yang kafir disekitar Madinah terus menyerang Madinah. Peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah disebut Ghazwah, sedangkan peperangan yang terjadi pada masa Nabi tapi tidak diikuti Nabi disebut Sariyah. Tahun pertama hijriyah, Hamzah bin Abdul Muthalib menyerang Abu Jahal tapi seorang pria musyrik mencegah sehingga tidak terjadi peperangan.
    Untuk menyeru dan memanggil untuk shalat, Allah memberi petunjuk untuk mengumandangkan Adzan. Orang yang pertama kali mengumandangkan Adzan adalah Bilal bin Rabbah.
    Pada awal tahun kedua Hijriyah, Allah mewajibkan zakat dan puasa kepada kaum Muslimin. Pada tahun ini terjadi pula perpindahan kiblat. Kiblat pindah ke arah Kakbah setelah sebelumnya menghadap ke arah Baitul Maqdis.




Kemenangan dan Kekalahan Islam


A. Perang Badar
    Perang antara Kaum Muslimin dengan Kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb ini jumlahnya 40 orang. Sepulang dari Syam beliau berangkat dengan para sahabatnya untuk menghadang mereka. Abu Sofyan mendengar rencana Rasulullah maka ia langsung mengirim utusan ke Quraisy untuk memberi kabar dan meminta bantuan yang jumlahnya 950 orang laki-laki. Sedangkan kaum muslimin berjumlah 313 orang.
    Ketika pasukan Kaum Musyrik  sampai didekat Badar dan mengetahui lolosnya Abu Sofyan dari sergapan pasukan Rasulullah, mereka memutuskan untuk kembali ke Makkah. Akan tetapi, gagasan ini ditentang oleh seseorang yang sangat membenci kaum muslim, yaitu Abu Jahal. Pasukan kaum Musyrik berhenti di dekat sumur Badar, Udwah Al-Qushwa (sebuah dataran yang cukup tinggi). Ketika nabi mengetahui bahwa jumlah kaum Musyrik lebih banyak tiga kali lipat dari jumlah kaum muslimin, Nabi ingin menguji kesiapan pasukannya untuk berperang.
    Ketika perang akan dimulai, Kaum Quraisy mendekat ke arah tentara kaum muslim. Ketika Nabi melihat mereka, Nabi berdoa pada Allah supaya diberikan pertolongan. Rasulullah segera merapikan barisan kaum muslim. Tepat pada hari Jumat, hari ke-17 Bulan Ramadhan tahun kedua hijriyah. Perang Sengit pun terjadi di Lembah Badar. Karena pertolongan Allah Kaum Muslimin menang. Kekalahan kaum musrik sudah terlihat jelas. Hampir 70 orang tewas. Sementara yang gugur sebagai syahid dari kaum muslimin ada 14 orang. Begitulah Kemenangan Iman dalam perang besarnya melawan kekafiran.
    Selesai memenangkan Perang Badar, Rasulullah menjumpai Ruqaiyah, putrinya telah meninggal dunia.


B. Perang Uhud
    Pada tahun kedua hijriyah (penghujung bulan Syawal) orang-orang Yahudi, Bani Qainuqa membuka cadar seorang perempuan muslim dan membunuh seorang muslim. Rasulullah segera mengusir mereka dari Madinah dan mengepung mereka dalam 15 hari. Akhirnya mereka menyerah dan bersedia meninggalkan Madinah.
    Mereka ingin membalas dendam dengan kaum muslimin dengan mempersiapkan pasukan yang akan menyerang Madinah. Mereka berhasil menghimpun pasukan berjumlah 3000 personil dengan 3000 ekor Unta, 200 pasukan berkuda, dan 700 pasukan bertopeng. Komando pasukannya ialah Abu Sufyan bin Harb.
    Mengetahui hal itu, para kaum muslimin menuju ke Gunung Uhud dan dilarang oleh Rasulullah meninggalkan benteng walaupun dalam keadaan kalah atau menang. Disaat perang sudah mencapai kemenangan, pasukan muslim yang ditugaskan di Gunung Uhud mengira peperangan sudah berakhir, hal itu menjadikan mereka turun dari Gunung karena ingin mendapatkan harta rampasan.
    Khalid bin Walid memerintahkan untuk menyerbu kaum muslimin dari belakang. Kaum muslim berkumpul dalam sebuah kelompok untuk melindungi Rasulullah. Banyak yang tewas dalam melindungi Rasulullah karena cinta dan ingin mendapatkan mati syahid. Kaum muslim pulang dengan membawa korban-korban yang tewas dan mengebumikannya. Saat itu banyak yang menanyakan keadaan Rasulullah, apakah selamat atau tidak.


C. Perjanjian Hudaibiyyah
    Pada tahun keenam hijriyah, Rasulullah bermimpi tawaf di Kakbah, beliau bersiap-siap untuk pergi berumrah. Setelah tiba di kota Hudaibiyyah, Rasulullah mengutus Utsman bin Affan untuk mengadakan perbincangan dengan kaum Quraisy dan akhirnya berhasil. Kemudian datanglah utusan menghadap Rasulullah dari kaum Quraisy dan mengadakan perundingan yang disebut Sul-Hul Hudaibiyyah yang isinya:
1.  Selama 10 tahun meletakkan senjata.
2.  Barang siapa yang datang kepada Rasulullah tanpa izin Kaum Quraisy,
     maka harus dikembalikan. Namun jika yang datang dari sisi Rasulullah
     pada mereka, mereka tidak berkewajiban mengembalikannya pada Rasul.
3.  Kaum muslimin dipersilahkan umrah pada tahun berikutnya.
4.  Bagi yang ingin menjadi sekutu Rasulullah atau kaum Quraisy
     dipersilahkan.
Selanjutnya Rasulullah kembali ke Madinah. Beliau sangat yakin bahwa Allah akan merealisasikan janji-Nya dan Islam pasti akan menang. Allah pasti akan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman.


    Penutup


    Seluruh penduduk Semenanjung Arab mulai menerima Islam. Lata, Uzza, Manat, dan Hubal hancur. Tidak ada lagi nama yang disebut, kecuali nama Allah S.W.T yang terus disebut oleh semua orang.
    Uban dan tanda-tanda ketuaan sudah tampak diseluruh tubuh Rasulullah yang saat itu sudah berusia 63 tahun. Rasulullah sadar bahwa saat perpisahan sudah dekat, ia melakukan Haji Wada. Tidak lama setelah kembali ke Madinah, Rasulullah dapat merasakan bahwa hidupnya akan berakhir. Tidak ada seorang sahabat yang mengerti bahwa Rasulullah akan meninggal, kecuali Abu Bakar. Bahkan ia rela mengorbankan Bapak Ibunya demi Rasulullah. Ia menangis. Sakit Rasulullah semakin parah, para sahabatnya takut kematian akan menjemput.
    Adzan Subuh sudah terdengar, saat kaum muslimin sedang shalat, Rasulullah keluar sambil tersenyum di balik tirai. Hampir saja mereka keluar dari shalat karena begitu gembira melihat Rasul. Tapi, Nabi mengisyaratkan agar meneruskan shalat. Rasulullah masih merasakan racun Khaibar yang mengalir dalam tubuhnya. Lalu mengucapkan,”Laailaaha ilallah.”
    Jibril turun dan berkata,”Hai, Muhammad. Sesungguhnya Tuhanmu rindu kepadamu. Ia mengutus secara khusus Malaikat Maut bersamaku yang akan meminta izin kepadamu sebelum ia melakukan tugasnya. Ia tidak pernah meminta izin kepada siapapun sebelum kamu dan tidak akan meminta izin kepada siapapun setelah kamu. Saat-saat ini adalah saat terakhirku didunia. Setelah ini, aku tidak akan turun ke bumi kepada siapapun setelah kamu.”
    Rasul menjawab,”Aku pun rindu kepada Tuhanku.” Sambil memandang langit. Kedua mata beliau terpejam dan suara beliau tidak terdengar lagi. Ruhnya naik menuju Tuhannya dan tubuh yang letih itu telah tenang.
    Seluruh penjuru Makkah seakan menjadi gelap setelah terang-benderang oleh cahaya Rasulullah. Mata menangis dan hati bersedih.
    Rasulullah wafat meninggalkan beberapa istri, diantaranya:
Aisyah, Zainab binti Jahsy, Hafshah binti Umar bin Khattab, Ummu Salamah, Saudah binti Zam’ah, Ummu Habibah, Shafiyah binti Huyayyin, Juwairiyah binti Harits, dan Maimunah binti Harits Al-Hilaliyah. Adapun Khadijah dan Zainab, Ummul Masakin, telah meninggal dunia ketika Nabi masih hidup.
    Semua putra-putri Rasulullah telah meninggal dunia ketika Nabi masih hidup, kecuali Fatimah yang meninggal dunia 6 bulan setelah wafatnya beliau.
    Demikianlah makalah yang kami buat mengenai kisah Dakwah Nabi Muhammad SAW. Semoga apa yang kita berikan sampai ilmunya kepada yang mendengarkannya atau membacanya. Terimakasih kepada teman-teman yang telah membaca atau mendengarkan kisah dakwah Rasululullah ini. Dan terimakasih pula kepada teman-teman yang telah ikut serta dalam pembuatan makalah ini.
    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Kisah Nabi Ishaq a.s.
  
Nabi Ishaq a.s. adalah putera Nabi Ibrahim a.s. dari isterinya yang bernama Siti Sarah. Kata Ishaq berasal dari bahasa Ibrani,yang berarti ‘tertawa’. Sejak menikah dengan Nabi Ibrahim a.s., Siti Sarah sebenarnya telah menunjukkan tanda-tanda wanita yang mandul. Sampai dengan usianya yang tua, ia belum juga melahirkan seorang anak. Tetapi berkat do’anya yang terus menerus dipanjatkan, maka akhirnya ia memperoleh kabar dari Malaikat Jibril, bahwa ia akan melahirkan seorang anak yang saleh. Betapa terkejut dan gembiranya hati Siti Sarah mendengar itu.
Nabi Ishaq a.s. dan anaknya, Nabi Ya’qub a.s. beserta Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya memperoleh kemuliaan di sisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: “Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya’qub. Istrinya berkata : ”Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku seorang perempuan tua dan suamiku pun telah tua? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang sangat aneh.” Para Malaikat berkata : “Apakah kamu merasa heran akan ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul-bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (QS. Hud: 71-73).
    Maka Nabi Ibrahim a.s. dan Siti Sarah mengucapkan puji syukur atas berita gembira itu. Di dalam Al-Qur’an diterangkan: “Dan ingatlah hamba-hamba kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan Ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS. Shad: 45-47).
    Selanjutnya, Allah SWT juga telah menerangkan didalam Al-Qur’an dengan firman-Nya: “Dan kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub sebagai suatu anugerah. Dan masing-masingnya kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka menyembah.” (QS. Al-Anbiya’: 72-73).

Keturunan Nabi Ishaq
    Nabi Ishaq a.s. mempunyai anak laki-laki bernama Ya’qub, yang kemudian juga diangkat menjadi nabi dan Rasul Allah. Nabi Ya’qub kemudian mempunyai keturunan yang banyak, diantaranya Nabi Yusuf a.s. Nabi Ishaq jualah yang menurunkan nabi-nabi Bani Israil, termasuk Nabi Isa a.s. Nabi Ishaq a.s. wafat dalam usia 180 tahun, dan dimakamkan di Jirun (sekarang dinamakan Madinah).
  
Kesimpulan dan Hikmah Kisah Nabi Ishaq
1.    Nabi Ishaq adalah putera Nabi Ibrahim a.s. dari isterinya yang bernama Siti Sarah, yang ketika itu telah lanjut usianya.
2.    Kata Ishaq berasal dari bahasa Ibrani, yang artinya ‘tertawa’. Dinamakan demikian karena ibunya, Siti Sarah, tertawa ketika Malaikat Jibril memberitakan tentang akan lahirnya Ishaq darinya, padahal usianya ketika itu sudah tua.
3.    Nabi Ishaq a.s. dianugerahi keturunan yang banyak, sampai kepada nabi-nabi dari Bani Israil, termasuk Nabi Isa a.s.

Kisah Nabi Saleh a.s.


Nabi Saleh adalah putra Ubaid bin Jabir bin Tsamud. Jadi, Nabi saleh termasuk suku Tsamud, nama yang diambil kakeknya, Tsamud bin Amir bin Iram bin Sam bin Nuh.Nabi Saleh sendiri adalah keturunan yang keenam dari Nabi Nuh a.s. kaum tsamud menempati daerah bekas negri kaum Ad yang telah hancur. Negri itu terletak di antara Hijaz dan Syam di sebelah tenggara Madyan. Kaum Tsamud membangun rumah-rumah mereka di bukit-bukit pegunungan. Kehidupan mereka penuh kemakmuran dan kebahagiaan. Tetapi mereka adalah penyembah berhala seperti halnya kaum Ad yang celaka. Karena mereka berperangai buruk dan berbuat kejahatan, sombong, dan congkak atas dirinya.

Nabi Saleh Menyeru Kaum Tsamud

Nabi Saleh menyeru kaumnya, yaitu kaum Tsamud, supaya mereka menyambah Allah SWT yang Esa dan tidak bersekutu. Dijelaskan kepada kaum Tsamud, bahwa Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan, melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka. Maka diajaknya kaum Tsamud berbakti dan bertaubat kepada Allah atas segala dosa mereka, karena sesungguhnya Allah itu bersifat Pengasih dan penyayang dan memperkenankan doa setiap orang yang beriman.
    Seruan Nabi Saleh a.s. tidak dihiraukan. Kaum Tsamud ternyata amat durhaka kapada Allah SWT:
“Mereka berkata: Sesungguhnya kamu adalah salah seorang di antara mereka yang kena sihir. Kamu tidak lain adalah manusia seperti kami; maka datangkanlah suatu mukjizat jika kamu termasuk orang yang benar.”
(QS. Asy Syu’ara: 153-154)


Mukjuzat Nabi Saleh
Mukjizat Nabi Saleh a.s. adalah dapat mengeluarkan seekor unta betina dari sebuah batu besar di balik sebuah bukit. Unta itu mengeluarkan air susu yang dapat diminum oleh banyak orang. Nabi Saleh a.s. berpesan kepada kaumnya, agar jangan mengganggu unta itu. Tetapi, karena durhaka dan tidak percaya, kaum Tsamud kemudian mengusik unta tersebut. Peringatan Nabi Saleh a.s. tidak mereka hiraukan. Tindakan mereka akhirnya amat keterlaluan. Dengan berani mereka kemudian menyembelih Unta itu. Setelah itu, mereka datang kepada Nabi Saleh seraya berkata: “Jika benar engkau utusan Allah, buktikan janji siksaan itu”. Didalam Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan tentang hal itu dengan firman-Nya:
“Orang-orang yang menyombongkan diri berkata:” Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu.”
(QS. Al-A’raf: 76)

Azab Menimpa Kaum Tsamud



Setelah unta Nabi Saleh di bunuh, maka tanda-tanda azab Allah mulai tamopak. Sebelum azab itu datang, Nabi Saleh a.s beserta orang-orang yang beriman pergi menjauh. Afirllah SWT menerangkan:
“Maka Saleh meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat.”
(QS. Al-A’raf: 79)


Tiba-tiba bumi berguncang dan petir pun menyambar dengan dahsyat, sehingga kaum Tsamud habis binasa. Didalam Al-Qur’an, Allah SWT menerangkan peristiwa itu dengan firman-Nya:
“Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.”
(QS. Al-Araf: 78)

Nabi saleh Berhijriah 
 
                                     
Azab Allah SWT telah menghancurkan negri Tsamud. Nabi Saleh a.s kemudian pindah ke negri Hadhramaut. Menurut riwayat, mereka yang terlepas dari azab Allah SWT itu berjumblah 120 orang. Mereka hidup di tempat yang baru sampai ajal datang.


Pengajaran Dari Kisah Nabi Saleh A.S.


Pengajaran yang menonjol yang dpt dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat dpt berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu seluruhnya.Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu.
Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar